Wali Kota Sorong dan Ketua DPRD di Tengah Wabah COVID-19,memanen hasil kebun milik kedua figur ini
Kota Sorong . Orang Papua berprofesi sebagai nelayan dan petani, sudah sejak zaman dahulu, Dimana mereka pergi memancing ikan di laut atau di danau serta berkebun di hutan, kemudian hasilnya dijual ke pasar untuk menghidupi keluarga.
Seiring dengan perubahan zaman, kebiasaan berkebun tersebut, seolah-olah mulai hilang dan tidak diikuti oleh generasi millenial papua saat ini.
Wilayah Tanah Papua laut dan darat ini, masih banyak yang kosong yang bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam.
Wali Kota dan Ketua DPRD Kota Sorong berprinsip,,
berkebun adalah solusi bertahan hidup sumber, foto : Yanti |
kibatnya, pada saat terjadi krisis seperti saat ini, wabah COVID-19, dimana semua orang disuruh untuk tetap di rumah,akhirnya banyak masyarakat yang mengeluh dan takut tidak bisa makan.
Wali Kota Sorong Lambert Jitmau dan Ketua DPRD Kota Sorong Petronela Kambuaya adalah pasangan Suami Istri yang di kenal sebagai pejabat di kota sorong .
Memiliki sebuah kebun yang di kelola pada jam libur . kisah inspirasi ini patut dicontoh oleh seluruh masyarakat. di wilayah Sorong Raya, tinggal baik di Kota Sorong, Kabupaten Sorong, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Tambrauw dan Kabupaten Raja Ampat.
Meskipun keduanya merupakan sosok Pimpinan di Kota Sorong, dimana Lambert Jitmau merupakan Wali Kota Sorong dan Petronela Kambuaya merupakan Ketua DPRD Kota Sorong
Keduanya tidak merasa minder untuk tetap berkebun disela sela rutinritas mereka sebagai seorang pejabat daerah.
Keduanya tidak merasa minder untuk tetap berkebun disela sela rutinritas mereka sebagai seorang pejabat daerah.
Kedua figur ini merupakan Putra-putri asli Maybrat mempunyayi lahan tanah yang berada di Distrik Klamono Kabupaten Sorong.
Lahan tersebut dengan menanam berbagai macam tanaman. Seperti pisang, singkong, petatas, keladi,terlihat juga tanaman sayuran kangkung, pepaya, tomat, cabai, sereh, jahe, sayur bayam, kacang panjang, jagung, rambutan, kunyit dan masih banyak lagi.
Hasil panen kebun milik kedua figur, Wali Kota Sorong dan Ketua DPRD Kota Sorong . tidak saja untuk di konsumsi oleh keluarga mereka, yaitu anak-anak dan cucu. Kadang hasil kebun keduanya di bagikan ke keluarganya dan masyarakat di kota dan kabupaten sorong bahkan di kirim ke kabupaten Maybrat.
"Ada pisang, sayur gedi, bunga dan buah pepaya, jantung pisang, hari ini kita panen. Kita hanya tinggal menikmati saja. Masih banyak, tapi karena hujan jadi kita tidak panen semua," ungkap Petronela Kambuaya yang merupakan Ketua DPRD Kota Sorong saat menunjukkan hasil panen di kebunnya kepada Balleo News .beberapa hari lalu.
Ungkap istri, Wali Kota Sorong, Petronela Kabuaya, disaat saya dan suami lelah dengan aktifitas sebagai seorang kepala daerah, kami berdua datang ke kebun untuk bereferensi menghilangkan rasa penat dalam tugas yang di emban keduanya.
Menurut kedua istri, Wali Kota Sorong, Petronela Kabuaya, tujuan dirinya dan suami tetap berkebun, mengingat jabatan bukan segala-galanya, hanya sementara, ada batas waktu dan selesai.
katanya" jabatang Wali Kota hanya batas waktu sepuluh tahun, kalau kami di DPRD tergantung dari masyarakat. Kalau mereka masih memilih kami ,maka karir kami masih melekat pada diri kami .
Tapi kalau tidak juga, maka akan berakhir. Jadi dengan dasar itu kami berkebun, sebelum kami turun jabatan ya kami bisa menikmati hasil kebun.
Kebetulan pas wabah corona ini, kami di rumah tidak punya persediaan beras dan sayur, jadi kami hanya andalkan kebun saja," cerita Ketua DPRD Kota Sorong.
Sementara itu, Lambert Jitmau yang merupakan Wali Kota Sorong, menambahkan kebanyakan pejabat yang ada di tanah Papua termasuk dirinya, sebelum menduduki jabatan saat ini pasti berasal dari kampung.
"Pejabat siapapun itu, pasti awalnya berasal dari kampung. Kita dari kecil bersama orangtua selalu berkebun. Tapi dengan adanya perubahan zaman, kita seakan melupakan tradisi orangtua kita .
Untuk berkebun dan cara bercocok tanam. Ini seolah hilang dari ingatan kita, karena kita terlena dengan situasi sekarang," beber Lambert.
Kata Lambert, dirinya tidak bisa memaksa orang lain untuk berkebun. Tapi dirinya lebih mengajak keluarganya dan orang yang satu kampung dengan dirinya untuk kembali berkebun.
"Meskipun saya wali kota, mama Ketua DPRD, tapi kami masih menyempatkan diri untuk berkebun.
Tapi yang lain sudah tidak mau berkebun, jangankah. Kita harus mempertahankan budaya kita, apalagi dengan adanya wabah corona ini.
Petani di Jawa sudah susah untuk tanam padi dan menghasilkan beras dalam jumlah banyak, terus dikirim ke kita sini. Kalau sudah begitu, pasti akan terjadi krisis pangan," ujarnya.
Oleh karena itu, setiap daerah harus bisa mempertahankan makanan tradisional atau pangan lokal, untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Dimana menurutnya, berkebun merupakan solusi utama agar tetap bisa bertahan hidup ditengah wabah COVID-19.
"Makanya kami ikut istilah sebelum hujan siapkan payung. Jadi sebelum corona masuk, kami sudah punya persediaan hasil kebun.
Untuk masyarakat, mari kita kembali budayakan tradisi orangtua kita yaitu berkebun. Apalagi dengan situasi corona ini, mari kita berkebun.
Dengan berkebun,
kita bisa menikmati hasilnya .Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,"
ungkap orang nomor satu di Kota Sorong,(RED)
Post a Comment