DITINGGAL KARENA MISKIN,COWOK BERHASIL KAYA RAYA
DITINGGAL KARENA MISKIN,COWOK BERHASIL KAYA RAYA
Cerita dibuka dengan menampilkan seorang pemuda bernama Gohan. Dia merupakan lulusan terbaik dari kampusnya. Ia berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan predikat yang sangat mengagumkan. Sesuatu yang tidak mudah bagi anak dari keluarga yang sangat sederhana dan miskin. Orang-orang disekitarnya hanyalah penjual air galon. Meski begitu, mereka rela berkorban banyak agar Gohan bisa berkuliah, berharap suatu hari
Setelah wisuda, Gohan sempat optimis bahwa pintu kesuksesan akan terbuka lebar. Nilai akademisnya tinggi, prestasinya gemilang, bahkan dosen-dosennya mengenalnya sebagai mahasiswa yang cerdas. Namun kenyataan di luar kampus sangatlah berbeda. Dunia kerja tidak hanya melihat nilai, tapi juga koneksi, status sosial, bahkan asal seseorang.
Beberapa bulan berlalu sejak Gohan lulus. Di ibu kota, ia berulang kali melamar pekerjaan. CV-nya tersebar di banyak perusahaan, namun jawaban yang datang hampir selalu sama: penolakan. Persaingan yang begitu ketat membuat sadar bahwa banyak perusahaan hanya mau menerima lulusan universitas ternama, terutama yang
Padahal sebenarnya Gohan punya jalan pintas. Ia memiliki sahabat bernama H, anak dari seorang pengusaha kaya raya. H bisa saja memberikan rekomendasi agar Gohan diterima kerja di perusahaan besar. Tapi Gohan adalah anak muda yang sangat idealis. Ia tidak mau bergantung pada orang dalam. Saya ingin meraih kesuksesannya melalui usaha sendiri. Idealismenya memang mulia, tetapi dunia nyata sering kali harus
Hari demi hari menganggur membuat tekanan keluarga semakin besar. Orang tua Gohan berharap ia bisa menjadi PNS, pekerjaan yang dianggap aman dan terjamin. Namun Gohan punya pandangan berbeda. Ia sejak lama bercita-cita ingin terjun ke dunia finansial sesuai jurusannya—bekerja di bank atau perusahaan investasi agar bisa berkecimpung dalam pengelolaan saham dan pasar modal. Menurutnya, untuk menghilangkan kemiskinan, satu-satunya cara adalah bekerja di perusahaan besar seperti itu.
Sementara itu, kedua orang tua Gohan semakin menua dan terus bekerja keras. Gohan sadar ia tak bisa lagi menyusahkan mereka, bahkan ia harus mulai membantu. Karena tidak memiliki uang sama sekali, akhirnya ia memilih menumpang tinggal di kosan pacarnya, Hui. Bagi Gohan, Hui bukan sekadar pasangan, melainkan pendukung terkuatnya. Ketika semua orang meremehkan Gohan, Hui adalah satu-satunya orang yang percaya bahwa su
Hari-hari penuh kekhawatiran itu akhirnya berbuah secercah harapan. Setelah gagal melamar di berbagai perusahaan, tanpa diduga Gohan mendapatkan kesempatan magang di sebuah perusahaan finansial besar bernama Bluestone. Meski ini berkat usaha kerasnya, ada sedikit keberuntungan di baliknya: ayah sahabatnya pernah menyarankan agar Bluestone memb
Namun posisi yang diterima Gohan bukanlah posisi yang nyaman. Ia hanya seorang karyawan magang tanpa bekerja dengan masa kontrak enam bulan. Tidak ada jaminan akan diangkat menjadi karyawan tetap. Status ini membuat para pekerja magang sering dipandang sebelah mata. Di hari pertamanya, Gohan langsung direndahkan dan dihina oleh atasan magangnya. Penampilannya dinilai seperti orang miskin, jasnya subur dan tidak bermerek, berbeda jauh dari peserta magang lainnya. Mereka berasal dari keluarga kaya, sedangkan Gohan merintis semuanya sendiri.
Sepulang kerja, Gohan hanya bisa menghela nafas sambil melihat saldo rekeningnya yang menipis. Namun Hui, pacarnya, menggunakan tabungan miliknya untuk membelikan jas baru bagi Gohan. Meski tidak semewah milik orang lain, itu cukup membuatnya lebih percaya diri. Dukungan itu menunjukkan bahwa Hui benar-benar percaya pada Gohan.
Perjalanan Gohan di Bluestone semakin berat ketika ia ditempatkan di bawah Arahan Pak Zang, seorang analis keuangan senior yang dikenal tegas dan berpengalaman. Pak Zang sudah lama berkecimpung di dunia finansial, tahu bagaimana pasar bekerja, tahu bagaimana perusahaan bisa jatuh hanya karena kesalahan kecil, dan ia tahu bisnis ini tidak cocok untuk orang lemah. Melihat latar belakang Gohan, Pak Zang langsung ragu bahwa Gohan mampu bertahan.
Motivasi terbesar Gohan adalah membuktikan bahwa status sosial tidak menentukan masa depan. Ia ingin menunjukkan bahwa kerja keras bisa mengalahkan segalanya. Ia terus meminta kesempatan hingga akhirnya Pak Zang memberikan satu. Kegigihan Gohan perlahan meluluhkan hati sang senior. Gohan menunjukkan pemahaman tentang isu-isu pasar saham, berani memberi pandangan, bahkan menunjukkan kemampuan mengemudi yang luar biasa ketika diminta menjadi sopir pribadi Pak Zang—kemampuan yang ia pelajari saat bekerja sambilan selama kuliah.
Saat mereka tiba di perusahaan yang memproduksi helikopter, Pak Zang membongkar komponen-komponen helikopter tersebut untuk memastikan kualitasnya. Dari pengalaman itu Gohan belajar bahwa pekerjaan finansial bukan hanya menghitung angka, tetapi memastikan setiap keputusan investasi memiliki dasar yang jujur dan transparan.
Mereka sukses hari itu, dan hubungan keduanya semakin dekat. Pak Zang memberikan pesan tegas kepada Gohan: jika ingin menjadi muridnya, ia harus siap hidup disiplin, mengikuti perkembangan kebijakan, membaca berita keuangan, memeriksa email setiap saat, menyiapkan laporan pagi, bahkan menyiapkan kopi hitam setiap hari. Baginya, semua itu adalah latihan kedisiplinan.
Tugas besar pertama datang ketika Gohan diminta menyiapkan proposal IPO untuk klien baru. Namun presentasinya gagal total. Klien justru menolak mentah-mentah dan menunjukkan sifat licik. Meski gagal, Pak Zang tenang. Baginya, lebih baik membatalkan kesepakatan daripada bekerja dalam situasi penuh tipu daya.
Gohan kemudian menghadapi tugas berikutnya: proposal IPO untuk perusahaan makanan anjing bernama Lucky Dog. Ia bekerja keras, membuat proposal dengan format unik seperti majalah. Pemilik perusahaan, Buma, terkesan karena Gohan memiliki pengetahuan tentang anjing. Ia bahkan meminta Gohan datang ke rumahnya malam itu.
Namun pertemuan itu berubah. Buma ingin lebih dari sekadar bisnis. Ia menggoda Gohan dan meminta syarat tidak senonoh agar lamaran diterima. Gohan menolak. Baginya, jabatannya tidak sebanding dengan penghinaan terhadap Hui. Merasa ditolak, Buma memberikan syarat lain: Gohan harus memakan makanan anjing di depan matanya. Gohan ragu, namun akhirnya berhasil demi masa depan dan demi keluarganya.
Namun setelah itu Buma tetap tidak menandatangani proposal. Gohan menyadari bahwa dia telah ditipu. Ia muak, tetapi dari pengalaman itu ia belajar bahwa dunia bisnis penuh manipulasi. Janji hanya berarti jika tertulis dalam kontrak.
Meski jatuh bangun, Gohan semakin kuat. Hingga datangnya konflik yang lebih besar. Direktur Bluestone jatuh sakit dan digantikan sementara oleh Helen, seorang perempuan yang berkeinginan. Ia meluncurkan proyek besar yang mencurigakan. Semua petinggi setuju, kecuali Pak Zang.
Helen tahu Pak Zang tak bisa dibujuk, jadi ia mengincar titik lemahnya: Gohan. Ia tahu latar belakang Gohan, perjuangannya, dan mimpinya. Helen mendekatinya dengan tawaran menggiurkan: posisi tetap, bonus besar, fasilitas lengkap, hidup nyaman, bahkan apartemen baru. Syaratnya hanya satu: Gohan harus meyakinkan Pak Zang untuk menandatangani proyek tersebut.
Gohan bimbang. Saya ingat pesan Pak Zang tentang integritas, tetapi tekanan hidup menjadikannya goyah. Ia akhirnya menerima tawaran itu. Gohan memanipulasi dokumen dan berhasil mendapatkan tanda tangan dari Pak Zang. Proyek disetujui. Pak Zang terkejut dan menyadari bahwa ia telah ditipu oleh orang yang paling ia percaya. Pada hari itu juga, Pak Zang memilih mundur.


Post a Comment