Header Ads

test
--

Tidurnya di dunia, bangunnya di akhirat

 


Tidurnya di dunia, bangunnya di akhirat

Indah sekali hari ini. Senyuman manis terukir cantik di wajah istriku yang menawan.

"Makasih, ya, Pa sudah mengajakku liburan. Aku bahagia sekali hari ini." Dia memeluk lenganku dan bersandar di sana. Aku mengelus dan mengecup lembut pucuk kepalanya.

"Sama-sama, Sayang. Aku tahu, aku memiliki sedikit waktu untukmu. Hanya ini satu-satunya cara membuatmu bahagia. Semoga penerbangan kali ini berjalan lancar dan kita selamat sampai di tujuan." 

Sungguh, aku sangat mencintainya. Dia yang tidak pernah menampakkan sedihnya di hadapanku. Padahal aku selalu sibuk dengan pekerjaan. Mengabaikannya dan membiarkannya menghabiskan banyak waktu di rumah.

"Aamiin, Pa. Aku menganggapnya ini bulan madu kita yang kedua, setelah lima tahun pernikahan kita."

Kami saling bercengkerama sampai aku merasakan  kantuk yang luar biasa.

"Aku tidur dulu, ya, Sayang? Ngantuk banget."

Dia tersenyum dan memeluk lenganku kembali. 

Aku tidak tahu berapa lama aku terlelap. Yang kutahu, begitu terbangun, aku merasakan semuanya samar. Aku tidak tahu ini di mana. Hanya saja, aku merasakan tubuhku ringan. Sangat ringan. Melayang-layang bak dedaunan yang berguguran ditiup angin.

Satu hal yang terdengar jelas di telingaku, bunyi dentuman besar bak bom atom yang jatuh ke bumi.

Mungkinkah aku ... dan istriku ... di mana dia?

Aku mencoba memanggil, tetapi lidahku kelu. Kupejamkan mata, lalu kubuka kembali. Tetap saja samar. Apa yang terjadi? Kenapa cahaya suram itu semakin suram? Lalu, gelap mengambil alih.

Menjerit, berteriak, kulakukan dengan sedaya upaya. Tetap, suaraku seolah dilantunkan kembali ke telingaku.

Tidak! Ini tidak mungkin!