Header Ads

test
--

Semangatmu Bukan Terpaksa


Semangatmu bukan terpaksa, Ketenanganmu wujud dari besar keyakinan pada ILAHI dan suaramu sangat dinantikan oleh lapisan masyarakat yang menjiwaimu. 

Kini banyak anak negeri berlomba untuk menguasai Negeri. Alam akan mengajari kita betapa indahnya semangat pergaulan hidup di saat masih banyaknya kekurangan sana - sini. 

Pada sisi kemanusiaan engkau terusik, engkau dikebiri, engkau salah, engkau sakit hati, dan engkau juga dipelintir sebagai penghianat Negeri. Ah, tidak apa, karena ini takdir, semua akan menerima resiko² kehidupan. 

Kapitalis engkau salah, tidak cerdas, kurang tepat, bukan ahli strategi, ya, hendak untuk apa engkau bersuara. Kisahmu sama seperti anak² bangsa yang lain. Dibuang entah kemana, pasrah adalah pilihan ketika kesalahan diembankan kepadamu. 

Kami cukup bisa tertawa dalam dada bahwa engkau adalah target para kuasa yang salah, dibilik rumah - rumah Panggung kami melihat apa yang engkau katakan adalah "API KEBENARAN" ya, bukan kepalsuan. 

Kapitalis, "Engkau Melakukan Makar, KUDETA," ya, cukup bahwa ini adalah prestasi kaum sana, kaum dengki, kaum yang terusik. Tanah Sabang sampai Merauke masih ada yang peduli tentangmu, ini sejarah. 

Dari dulu, kolonial itu bukan asing, tapi yang kolonial itu adalah Rakyat Pribumi yang tidak taat. Dimana-mana, kapanpun, yang kolonial itu hendak tidak bersikap toleransi pada "KATA-KATA."

Saksi Rumah panggung dimana engkau ditangkap akan menunjukkan bahwa kebenaran pasti berjaya. Kami belum puas, belum setuju, belum rela, belum pula saatnya engkau diperlakukan sebagai kolonial. Hukum adalah prodak kuasa untuk yang tidak berkuasa. 

Cukup tegas dan tandas bahwa apa yang engkau katakan adalah kegelisahan sebagaimana rakyat biasa. Buang jauh-jauh alam pemikiran jeruji besi, tembok kuasa apapun akan runtuh ketika saatnya tiba. 

 Kami cukup bisa tertawa bahwa engkau berakrobat, berimajiner, melakukan lakon ceritra, dimana sebagian anak negeri merindukan ketenangan. Tapi tidak, engkau dimata rakyat biasa memujimu bahwa yang namanya hak harus disampaikan. 

Api Revolusi tidak akan pernah mati ketika yang kolonial masih "ADA." Banyak yang pro kuasa bahwa engkau mencari Panggung untuk diri pribadi dan golongan. Tidak, cukup tandas bahwa engkau bukan orang sembarangan.

 Api Revolusi akan selalu tumbuh, kapan dan dimana pun. Engkau bukan penghianat, bukan merebut kuasa, bukan pula merebut predikat, tapi engkau mewakili seribu kebenaran untuk ke-indonesiaan. 

Yang namanya pejuang selalu dikatakan berbelok haluan. Banyak pejuang yang merebut hak-haknya dianggap berkhianat, hampir seluruh tokoh Revolusi sebelum kemerdekaan mengalami hal yang sama. Semoga nasib engkau sukses saja ditengah jaman yang Merdeka." 

Sorsel, 22 September 2020